Di Tengah Luka Pascabencana, Bendera Bulan Bintang Tetap Berkibar di Milad GAM ke-49



KabarOne.ID | Lhokseumawe — Pagi itu, Kamis (4/12), Lapangan Bola Voli Gampong Meunasah Manyang, Kecamatan Kuta Pase, tampak berbeda dari biasanya. Belum sepenuhnya pulih dari terpaan bencana hidrometeorologi yang beberapa hari sebelumnya meninggalkan genangan lumpur dan sisa-sisa kerusakan, ratusan warga justru berkumpul dengan wajah tegar. Di tengah luka pascabencana, mereka berdiri rapat menatap satu titik yang sama, tiang bendera tempat Bintang Bulan akan dikibarkan.

Peringatan Milad Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ke-49 yang digelar oleh Komite Peralihan Aceh (KPA) Wilayah Kuta Pase menjadi ruang ekspresi emosional sebuah peristiwa yang menyatukan ingatan sejarah, identitas keacehan, serta harapan akan masa depan perdamaian yang lebih kokoh.

Upacara dimulai sekitar pukul 07.30 WIB. Panglima KPA Kuta Pase, Mukhtar Hanafiah, yang diwakili oleh Pang Yasir, menyerahkan bendera Bintang Bulan kepada tiga personel pengerek berseragam loreng dengan selempang bermotif GAM. 

Tepat saat azan berkumandang dari masjid terdekat, prosesi pengibaran dimulai. Perlahan, bendera merah-hitam itu naik ke puncak tiang, mengubah suasana hening menjadi haru. Momen itu seolah menyampaikan pesan tentang keteguhan hati yang tak pernah padam, meski cobaan datang silih berganti.

Di antara puing-puing pascabencana, peristiwa tersebut terasa sangat simbolis bagi sebagian warga, seperti pengingat bahwa kehidupan harus tetap berdiri meski badai datang berulang kali.

Usai pengibaran, rangkaian acara dilanjutkan dengan Haba Peuneutoh yang dibacakan oleh Pon Pang, disusul pembacaan Maklumat Wali Neugara Aceh oleh Wakil Panglima KPA Kuta Pase, Husaini POM, yang juga menjabat sebagai Wakil Wali Kota Lhokseumawe. Prosesi kemudian ditutup dengan doa bersama, sebelum bendera diturunkan kembali dan diserahkan kepada Pang Yasir. Selepas upacara, kegiatan dilanjutkan dengan penyantunan anak yatim-piatu sebagai wujud kepedulian sosial.



Juru Bicara KPA Wilayah Kuta Pase, Halim Abee, menegaskan bahwa peringatan milad ini bukan sekadar seremoni tahunan. Lebih dari itu, acara tersebut merupakan bentuk penghormatan terhadap perjalanan panjang sejarah Aceh sekaligus penegasan komitmen untuk menjaga perdamaian pascakonflik.

Menurutnya, momentum politik nasional dan daerah saat ini membuka peluang besar untuk mempercepat penyelesaian berbagai agenda penting yang hingga kini masih tertunda. Ia kembali menekankan pentingnya implementasi menyeluruh terhadap Nota Kesepahaman Helsinki RI–GAM serta Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UU-PA).

“Semoga momentum ini menjadi awal bagi penyelesaian berbagai persoalan yang masih menggantung di Aceh,” ujar Halim.

Peringatan Milad GAM ke-49 ini turut dihadiri para petinggi KPA dan Partai Aceh, Wakil Wali Kota Lhokseumawe Husaini POM, pimpinan DPRK, serta ratusan warga Kuta Pase yang sejak pagi memadati lapangan.

Di tengah sisa-sisa kerusakan akibat bencana, peringatan ini menjadi penanda bahwa masyarakat Aceh tetap menjaga ruang untuk mengenang sejarah, merawat identitas, serta menumbuhkan harapan akan masa depan yang lebih damai.(*)

Postingan Lama
Postingan Lebih Baru