Berkat JKN, Sumardi Bisa Jalani Cuci Darah Tanpa Cemas Biaya



KabarOne.ID | Lhokseumawe - Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola oleh BPJS Kesehatan telah memasuki usia satu dekade perjalanannya. Selama itu pula, Program JKN telah dirasakan manfaatnya oleh banyak kalangan masyarakat di Indonesia dalam mengakses layanan kesehatan yang mudah, cepat dan setara. Hal ini tak lepas dari visi yang dicanangkan oleh BPJS Kesehatan yang fokus dalam mewujudkan jaminan kesehatan yang berkualitas melalui transformasi mutu layanan.

Pelayanan prima Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ini turut dirasakan oleh, Sumardi (38) Karyawan salah satu Perusahaan swasta asal Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe. Ia pun membagikan ceritanya terkait dirinya yang rutin melakukan hemodialisa atau yang biasa dikenal dengan istilah cuci darah. Ia didiagnosis menderita penyakit gagal ginjal, yakni kondisi ketika ginjal tidak lagi berfungsi secara optimal, sehingga harus menjalani cuci darah dua kali dalam seminggu. Program JKN hadir sebagai solusi untuk membantu meringankan beban finansialnya dalam memperoleh layanan kesehatan.

“Saat dokter menyampaikan kalau saya harus cuci darah atau hemodialisis, saya sempat takut dan cukup kaget. Setahu saya cuci darah ini juga harus dilakukan seumur hidup dan memerlukan biaya yang besar. Namun, dokter mengatakan bahwa semua biaya pengobatan dapat ditanggung oleh Program JKN, alhamdullilah saya bisa lebih tenang dan bersedia menjalani cuci darah,” ujar Sumardi kepada Tim Jamkesnews di ruang instalasi hemodialisa salah satu klinik utama hemodialisa di Kota Lhokseumawe, pada Kamis (02/10).

Sumardi mengaku kurang mengetahui dengan pasti mengapa dirinya terkena gagal ginjal. Namun, ia menyadari bahwa pola hidupnya di masa lalu kurang sehat dan tidak terlalu memperhatikan kesehatannya.

“Saya menyadari sejak dulu kurang minum air putih dan lebih sering minum-minuman kemasan. Saya baru tahu saat diedukasi oleh dokter bahwa minuman kemasan berwarna ini banyak mengandung bahan kimia maupun pemanis buatan," ungkap Sumardi.

Lebih lanjut, Sumardi yang terdaftar pada segmen peserta Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) kelas dua tersebut, mengaku bahwa selama bertahun-tahun menjalani pengobatan di beberapa fasilitas kesehatan, dirinya selalu dilayani dengan baik tanpa diskriminasi. Pelayanan yang diterima selama menjalani pengobatan juga sangat memuaskan.

“Walaupun sebagai pasien Program JKN, saya tidak pernah merasa ada perbedaan perlakuan antara pasien JKN dan pasien umum. Ruangan untuk cuci darahnya juga bersih dan tenaga medisnya selalu melayani dengan ramah,” ujar Sumardi.

Sumardi juga membantah stigma negatif yang sering melekat pada tindakan cuci darah yang dianggap menakutkan dan dapat memperparah kondisi tubuh. Ia menyampaikan, dengan melakukan cuci darah dapat membersihkan darah dari zat-zat berbahaya dan racun, sehingga meringankan gejala yang dirinya alami.

“Sebelum cuci darah itu rasanya pusing, sesak dan mual-mual. Bahkan yang paling parah ya bengkak-bengkak di tubuh. Setelah cuci darah, alhamdullilah badan terasa lebih ringan dan pusing juga berkurang,” jelas Sumardi.

Sumardi berpesan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk menjaga pola hidup sehat. Ia juga menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada seluruh masyarakat yang dengan penuh kesadaran rutin membayar iuran BPJS Kesehatan meskipun dalam keadaan sehat. Menurutnya, semangat gotong royong ini sangat berarti, karena berkat dukungan bersama tersebut, ia bisa menjalani pengobatan dengan tenang.

“Saya berharap Program JKN ini terus berlanjut, karena banyak membantu peserta yang membutuhkan seperti saya. Bagi para pasien penyakit gagal ginjal lainnya, tetap semangat dan tidak perlu takut lagi dengan biaya cuci darah yang mahal karena biaya dapat ditanggung oleh BPJS Kesehatan,” tutupnya.(Adv)




Postingan Lama
Postingan Lebih Baru