Gelombang Demo 29 Agustus: Potret Gejolak Sosial yang Memakan Korban di Jakarta dan Daerah
![]() |
ANTARA FOTO/Putra M. Akbar |
KabarOne.ID | Jakarta – Aksi demonstrasi serentak yang terjadi pada Kamis malam hingga Jumat (28–29/8/2025) di Jakarta dan sejumlah daerah di Indonesia berujung pada insiden memilukan. Satu pengemudi ojek online (ojol), Affan Kurniawan, meninggal dunia di Jakarta, sementara beberapa kota lain juga melaporkan jatuhnya korban luka-luka akibat bentrokan antara massa dan aparat.
Jakarta Jadi Pusat Perhatian
Di ibu kota, ribuan massa dari berbagai elemen masyarakat turun ke jalan untuk menyuarakan tuntutan. Namun, aksi yang semula berlangsung damai berubah ricuh menjelang malam. Gas air mata, aksi dorong, hingga dugaan tindakan represif aparat mewarnai jalannya demonstrasi.
Kematian Affan Kurniawan, seorang pengemudi ojol yang ikut menyuarakan aspirasi, menambah duka sekaligus memicu gelombang simpati dan amarah publik. Ribuan rekan ojol pada Jumat (29/8) mengiringi jenazah Affan ke TPU Karet Bivak, Jakarta, sebagai bentuk solidaritas dan penghormatan terakhir.
Daerah Ikut Bergejolak
Tidak hanya Jakarta, sejumlah daerah juga melaporkan eskalasi demonstrasi. Di Surabaya, Makassar, dan Medan, aksi protes yang digelar mahasiswa dan komunitas pekerja berakhir dengan bentrokan. Beberapa orang mengalami luka-luka, sementara puluhan lainnya diamankan aparat untuk dimintai keterangan.
Di Yogyakarta, demonstrasi relatif kondusif meski sempat diwarnai ketegangan saat massa memblokade jalan utama. Aparat akhirnya berhasil menenangkan situasi setelah berdialog dengan perwakilan demonstran.
Respons Pemerintah
Presiden Prabowo Subianto, dalam pernyataannya di Hambalang, Bogor, Jumat (29/8), menyampaikan keprihatinan mendalam atas insiden tersebut. Ia menegaskan pemerintah akan memberikan jaminan kehidupan bagi keluarga korban serta memastikan proses hukum berjalan adil dan transparan.
“Saya sudah perintahkan agar insiden tadi malam diusut secara tuntas dan transparan. Petugas yang terlibat harus bertanggung jawab,” tegas Presiden.
Gelombang Kritik dan Tuntutan
Insiden yang menewaskan warga sipil dalam aksi unjuk rasa menuai kritik tajam dari berbagai kalangan. Lembaga swadaya masyarakat, organisasi mahasiswa, hingga komunitas pekerja mendesak adanya evaluasi terhadap pendekatan keamanan dalam menangani demonstrasi.
Pengamat politik menilai tragedi ini menjadi alarm bagi pemerintah dan aparat untuk lebih mengedepankan pendekatan dialog, bukan kekerasan. “Aspirasi masyarakat harus dikelola dengan ruang partisipasi yang sehat, bukan dengan tindakan represif,” ujar Ahmad Rifai, pengamat dari Universitas Indonesia.
Tantangan Meredam Gejolak
Gelombang protes yang meluas ini dinilai sebagai refleksi dari akumulasi keresahan publik. Jika tidak dikelola dengan baik, potensi gejolak sosial bisa semakin membesar dan mengganggu stabilitas nasional.
Pemerintah diharapkan tidak hanya fokus pada penindakan hukum, tetapi juga membuka ruang komunikasi dengan berbagai kelompok masyarakat. Dengan begitu, aspirasi bisa tersalurkan tanpa harus berujung pada pertumpahan darah.(*)