Terbuka dan Siap Dikritik: Prabowo Hadapi Tujuh Jurnalis Senior Tanpa Sekat di Hambalang



KabarOne.ID | Bogor - Dalam sebuah langkah yang mencerminkan semangat transparansi, Presiden terpilih Prabowo Subianto membuka pintu lebar-lebar bagi kritik dan pertanyaan tajam dalam wawancara eksklusif bersama tujuh jurnalis senior Indonesia. Bertempat di perpustakaan pribadinya di Hambalang, Bogor, pertemuan yang berlangsung hampir empat jam itu memperlihatkan kesiapan Prabowo menjawab pertanyaan apa pun—tanpa skrip, tanpa sensor, dan on the record.

Tujuh tokoh pers nasional hadir dalam forum tersebut: Lalu Mara Satriawangsa (tvOne), Uni Lubis (IDN Times), Najwa Shihab (Narasi), Alfito Deannova Gintings (Detikcom), Retno Pinasti (SCTV-Indosiar), dan Sutta Dharmasaputra (Harian Kompas). Wawancara ini digagas oleh Wamenkominfo Angga Raka Prabowo, dengan moderator dari TVRI.

Dari IHSG hingga RUU Polri: Semua Dibuka

Dalam suasana yang santai namun serius, pertanyaan meliputi isu-isu panas—mulai dari dinamika ekonomi global, pengaruh Trump terhadap geopolitik kawasan, strategi penciptaan lapangan kerja, hingga sikap Prabowo terhadap revisi UU TNI dan RUU Polri.

“Presiden tidak diberi tahu sebelumnya akan ditanya apa. Dan itu yang membuat forum ini begitu penting: tidak ada skenario, tidak ada pengalihan,” kata Uni Lubis. “Semua dijawab, bahkan ketika jawabannya ditantang balik.”

Sutta menyoroti cara Prabowo membuka perbincangan dengan menyampaikan pencapaian awalnya, namun tak menghindar dari pertanyaan kritis sesudahnya. “Semua jurnalis mendapat giliran, semua isu dibiarkan mengalir,” ujarnya.

Najwa: Kesempatan Emas Bertanya Langsung ke Nomor Satu

Najwa Shihab menyebut sesi ini sebagai “kesempatan berharga” bagi pers. “Kami diberi waktu yang luas, dari pukul 9 pagi hingga hampir jam 1 siang. Dan yang menarik, tidak ada batasan. Bahkan ketika saya bertanya soal RUU Polri dan sempat dipotong moderator, Presiden justru mempersilakan saya lanjut.”

Najwa menambahkan, dirinya telah berbicara dengan Wamenkominfo agar format keterbukaan ini dapat berlanjut dan melibatkan lebih banyak media dengan latar audiens yang beragam.

Menuju Pemerintahan Terbuka?

Wawancara ini bukan hanya ajang tanya jawab, tetapi sinyal awal dari arah komunikasi pemerintahan Prabowo ke depan—lebih terbuka, lebih siap dikritik, dan lebih siap bertanggung jawab langsung ke publik.

“Apakah jawaban Presiden memuaskan atau tidak, itu kembali ke masing-masing. Tapi setidaknya, kita diberi ruang untuk bertanya dan menantang langsung,” pungkas Uni.

Langkah ini menjadi momentum penting, tidak hanya bagi jurnalisme Indonesia, tetapi juga bagi demokrasi: bahwa pemimpin tertinggi tak hanya siap dipuji, tapi juga siap diuji.(*)


Postingan Lama
Postingan Lebih Baru