Duka di Tepian Sungai Krueng Pasee : Farhat Yang Belum Kembali



KabarOne.ID | Aceh Utara - Di tepian Sungai Krueng Pasee, Walmina duduk memeluk lututnya. Angin sore membelai wajahnya yang sembab, tapi ia tak peduli. Matanya menatap kosong ke permukaan air yang terus mengalir, seolah tak menyisakan jejak tentang ke mana arus telah membawa putranya.

Farhat, bocah kecilnya yang baru lima tahun. Anak yang selalu riang berlarian di halaman rumah, yang setiap sore memeluknya sambil bercerita tentang capung yang hinggap di tangannya atau ikan kecil yang berenang di sungai. Kini, sudah sepuluh hari ia hilang, terbawa derasnya arus, dan belum juga ditemukan.

Di sampingnya, Zulkifli berdiri diam, tatapannya kosong ke arah sungai. Sepuluh hari ia menyusuri tepiannya, menelusuri setiap celah batu, berharap menemukan tubuh kecil itu. Tapi sungai tetap menyimpan rahasianya.

Malam datang. Suara jangkrik bersahutan, menemani kesunyian. Satu per satu orang yang membantu pencarian mulai pulang, tapi tidak dengan Walmina. Ia tetap di sana, tangannya meraba permukaan air, seperti ingin merasakan kehadiran putranya.

“Farhat... kembalilah, Nak,” suaranya lirih, hampir tenggelam dalam gemuruh arus.

Tapi air tetap mengalir, dingin dan tak berperasaan.

Di langit, bintang-bintang bersinar redup. Angin berbisik di antara dahan-dahan, seakan membawa suara tawa kecil yang dulu memenuhi rumah mereka.

Farhat, di manapun kau berada... pulanglah. Jika tidak dalam raga, setidaknya dalam mimpi, agar ibu dan ayah tahu kau baik-baik saja.(*)


Postingan Lama
Postingan Lebih Baru